Rabu, 22 Februari 2012

Makam Hartawan Arab Masih Telantar : Rakyat Aceh (sambungan)


Untuk mencapai lokasi pemakaman Habib Bugak di Dusun Pante Sidom Desa Pante Peusangan, Kecamatan Jangka, harus berjalan kaki diantara jalan setapak dan pematang sawah sejauh 700 meter. Komplek makam hartawan yang mewakafkan hotel bernilai Rp 5,5 triliun di Kota Mekkah itu, tampak masih terabaikan dan luput dari perhatian.

Komplek pemakaman di tengah areal persawahan dengan luas 50 X 80 meter itu, merupakan satu-satunya situs sejarah Habib Bugak yang masih tersisa. Di lokasi kuburan tempat bersemayamnya mantan penguasa pesisir utara Aceh dan keluarga, telah dipugari dengan pagar kawat berduri. 18 batang pohon kelapa serta puluhan pohon pinang setinggi 10 meter, berjejer di pinggir pagar dalam komplek situs Habib Bugak.


Selain makam Habib Abdurrahman bin Alwi Al Habsy yang diapit dua kuburan keluarga, di tempat itu juga terlihat sejumlah batu besar yang diyakini nisan kerabat dekat Habib Bugak. Selama ini situs sejarah itu nyaris dilupakan, bahkan makam hartawan Arab yang mewakafkan hartanya untuk masyarakat Aceh di Mekkah masih terlantar.

Setelah ratusan tahun puncak kegemilangan kesultanan Aceh Darussalam, kisah Habib Bugak telah terlupakan meski warisan yang ditinggalkan terus memberi manfaat besar, karena tumbuh dan kian berkembang demi kepentingan syiar Islam. Khususnya bagi masyarakat Aceh yang menjadi tamu Allah, maupun yang menetap di Kota Mekkah.

Menurut keterangan yang dihimpun Rakyat Aceh dari beberapa sumber, Sayed Zein bin Habib Abdullah bin Habib Zein bin Shafi Al-Habsyi dan dari Sayed Dahlan bin Sayed Abdurrahman bin Habib Shafi Al-Habsyi yang dikuatkan dengan lembaran silsilah yang tersimpan pada keluarga Alm. Sayed Abdurrahman bin Habib Abdullah bin Habib Zein bin Habib Shafi Al-Habsyi, silsilah Habib Abdurrahman adalah berasal dari Mekkah yang bersambung dengan garis Rasulullah saw, beliau adalah anaknya Habib Alwi bin Syekh Al-Habsyi.

Secara lengkap nasab beliau adalah Habib Abdurrahman bin Alwi bin Syekh bin Hasyim bin Abu Bakar bin Muhammad bin Alwi bin Abu Bakar Al-Habsyi bin Ali bin Ahmad bin Muhammad Hasadillah bin Hasan Attrabi bin Ali bin Fakeh Muqaddam bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Alwi bin Muhammad bin Baalwi Al-Habsyi bin Abdullah bin Ahmad Al-Muhadjir bin Isa Al-Rumi bin Muhammad An-Naqib bin Ali Al-Uraidhi bin Jafar Siddiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husein bin Sayyidah Fatimah (Ali bin Abi Thalib) binti Sayyidina Muhammad Rasulullah saw.

Sedangkan jika diurut dari bawah saat ini, maka Habib Abdurrahman adalah generasi yang ke 8.
Sayed Maimun (Bugak,1958-skrg) bin Sayed Abdurrahman (Bugak,1927-2003) bin Habib Abdullah (Bugak,1903-1984) bin Habib Zein (Monklayu,w.?) bin Habib Shofi (Idi,w.?) bin Habib Ahmad (Monklayu, w.?) bin Habib Husein (Monklayu, w.1304 H / 1880 M) bin Habib Abdurrahman (Bugak-Pante Sidom, w.?) bin Alwi (Mekkah) bin Syekh dan seterusnya.

Banyak orang mengkritik tradisi keturunan Rasulullah (ahlul bayt) yang selalu menjaga dan memelihara silsilah keturunan. Namun bagi para keturunan Rasulullah, hal ini adalah sangat penting, terutama dari segi fiqih, agar keturunan Rasulullah tetap menjalankan syariatnya. Salah satunya adalah keturunan Rasulullah tidak boleh atau diharamkan memakan harta zakat atau shadaqah, tetapi boleh menerima hadiyah. (Tamat) (Disarikan Dari Proyek Penelitian ”Hubungan Aceh-Arab Pasca Penyebaran Islam” Oleh: Al-Ustadz (selesai)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar